Kemarin saya hidup sebagai saya, sekarang saya hidup sebagai siapa? Saya tidak tahu. Inginnya sih tetap menjadi saya, tapi bagaimana kalau kejadiannya begini -- Saya bertemu dengan seorang teman lama dan dia menyatakan demikian : Eh, udah lama enggak ketemu, banyak berubah ya kamu. Udah enggak kayak dlu.
Nah kalau sudah seperti itu, apa saya masih diberikan kesempatan untuk menghendaki diri saya yang sekarang tetap akan permanen sampai kapan pun? Mungkinkah saya yang sekarang akan tetap menjadi saya yang mereka kira dan pikir? Saya pun tidak tahu seperti apa saya ini. Ketika saya bilang saya adalah orang pendiam, besok bila kalian ajak saya pergi ke suatu tempat mungkin saya akan bertanya sana sini dengan percaya diri. Atau sekarang saat saya bersalaman dengan orang lain yang dikenalkan oleh teman saya yang belum pernah saya kenal dan berkata kepadanya : “Namanya siapa? ----- wah nama yang sangat bagus. Tinggal dimana? ------- sibuk apa? Kuliah atau kerja?” –secara garis besar ramah tamah kepada orang yang belum saya kenal. Mungkin besok saya hanya akan diam dan tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap temannya teman saya yang lain.
Nah, sampai saat ini saya masih bingung dengan saya yang sekarang, kemarin, dan besok. Apa betul kehidupan itu terus maju? Betul sekali waktu selamanya berjalan maju dengan konstan, terus lurus, santa. dan tidak pernah galat. Tidak pernah terhenti, itu kenapa mesin waktu menjadi hal yang hampir mustahil untuk direalisasikan.
Mesin waktu, waktu, waktu, waktu. Suatu hari akan ada sebuah mesin yang bisa memanipulasi waktu. Mungkinkah? Atau mesin waktu hanya sebatas wacana dan hanya bisa untuk di film-kan. Atau dari sebuah film akan menjadi sebuah referensi untuk para ilmuwan ngaco untuk membuatnya menjadi nyata. Ah, masa bodoh. Kalau pun ada untuk apa? Menghapus rekam jejak kejahatan? Menghapus rekam jejak kepiluan? atau untuk merubah nasib masing-masing maanusia untuk menjadi lebih baik? ah.. takutnya nanti akan ada demo dari masyarakat berpeci dan gamis di negeri ini, dengan meneriakan “Musyrik!!!!” kenapa musyrik? Ya karena takdir adalah wewenang-Nya. Seperti kata ibu saya yang arif bijaksana “Jalan hidup itu sudah ada yang menentukan, Dialah Yang Maha Esa,” Sambil menunjuk ke atas.
Haiah, persetan dengan mesin waktu. persetan dengan mereka yang mengira mencipta sesuatu sebagai kemusyrikan. Persetan dengan takdir, persetan dengan apa yang sudah ditentukan. Toh, saat ini saya masih menjalani ‘jalan yang sudah ditentukan’ itu sebagai pion, sebagai makhluk yang diciptakan untuk berjalan selangkah demi selangkah dan lurus-lurus saja. Tidak boleh serong, tidak boleh melangkahi yang lain, dan tidak boleh berjalan sesukanya. Kalau saya pion, ya saya harus tetap maju, maju, maju, dan maju. Entah langkah yang ada dibelakang diisi apa dan siapa, entah dibelakang saya melakukan apa. Toh saya tidak bisa kembali ke belakang. Ah, meyedihkan sekali pion.
Loh kok menyedihkan ? apa saya menyedihkan???
Apa pion selalu dipertanyakan perubahannya? Karena setahu saya, kemana pun pion melangkah maju, ia tetap menjadi pion yang akan menjadi sesuatu ketika ia sampai di tampat yang ‘sudah ditentukan’. Pion bisa menjadi Raja, Ratu, Benteng, Menteri, atau pun kuda. Lalu siapa yang menyedihkan? Bebas melangkah namun tetap menjadi itu-itu saja? Atau selangkah demi selangkah maju, namun bayarannya adalah kita bisa memilih untuk menjadi apa saja?
Ya, barangkali sekarang saya memang pion. Pion bagi mereka yang mengenal saya, dan suatu saat, ketika saya bertemu lagi atau saat orang itu mengatakan bahwa saya berbeda, mungkin saat itu saya sudah sampai pada satu tempat di papan catur kehidupannya. Jelas beda, karena mungkin saat itu saya sudah menjadi benteng, kuda, menteri, ratu, atau raja.
Kemarin saya hidup sebagai saya, sekarang saya hidup sebagai saya, besok saya hidup sebagai saya. Sebagai pion, di setiap catur kehidupan orang-orang yang saya kenal. Saya bisa menjadi benteng, kuda, menteri, ratu, atau raja. Semua mereka yang menentukan. Besok, ketika seorang teman lama bertemu lagi dengan saya dan mengatakan “Eh, udah lama enggak ketemu, banyak berubah ya kamu. Udah enggak kayak dlu.” Saya akan balik bertanya : “Jadi apa pion ini di papan catur kehidupanmu sekarang ?”