Saat kita tumbuh bersama dan terbang di dalam indahnya masa anak-anak, pernahkah kamu menyangka bahwa kita akan menjadi dua orang yang saling menyintai? Sampai saat ini aku masih berpikir bahwa apa sebenarnya cinta yang kita rasakan ini karena memang kita sering menjalani waktu bersama? Atau cinta ini muncul seiring dengan kedewasaan?
Aku ingat dulu saat aku tidak ada kamu sering merenung sendirian di atas bangku di bawah pohon jambu air di samping rumahku. Sesaat setelah aku tiba dari mana saja (biasanya bermobil dengan keluargaku ke rumah nenekku) sesaat itu pula kamu tersenyum dan kembali ceria. Dapatkah itu kuartikan cinta darimu untukku?
Dan saat kamu tidak ada, aku pun begitu. Aku selalu termenung menunggumu di tempatmu menungguku. Sesaat senyumku menghias bila kau datang mengajakku bermain di lapangan samping rumah Pak RT Hasan. Cerita kita begitu indah saat kecil dulu, adapun pertengkaran kecil saat dulu adalah saat kita berbeda pendapat mengenai ayam dan telur.
“Ayam!” Teriakmu,
“telur!” Balasmu tak kalah keras teriakannya.
“Ayam!” Aku tak mau kalah.
“Telur!” Kamu tetap keras kepala.
Sahut-sahutan ayam dan telur terus kita lakukan hingga akhirnya kamu kalah dalam tangis. Aku tidak tahu kenapa saat itu kamu menangis, lalu kau berlari menuju rumahmu. Seperti apa yang dilakukan anak-anak, mereka mengadu kepada orang tuanya. Akhirnya orang tuamu dan orang tuaku saling berunding. Ibumu dan Ibuku, mereka berdua tertawa. Karena memang tidak ada yang tahu awal mula telur dan ayam.
Aku yang sudah suka menulis saat itu menulis seperti ini pada catatan kecilku,
Aku percaya bahwa yang lebih dulu ada adalah ayam! Karena ayam yang mengeluarkan telur! Bagaimana bisa telur ada kalau tidak ada ayam?
Dasar anak aneh!
Kita saling diam setelah pertengkaran itu,.bangku panjang di bawah pohon jambu di samping rumahku tak lagi berpenghuni. Karena memang tidak ada anak-anak lain yang bermain di sana. Sesekali aku hanya melongok ke arah rumahmu dari jendela kamar ibuku. Tapi kamu tidak tampak sama sekali terlihat olehku. Setelah satu minggu kita saling diam, aku memberanikan diri untuk duduk di tempat yang biasa kita gunakan untuk menunggu.
Lama ku menunggu akhirnya kamu datang. Tanpa memandangku (aku tahu itu karena aku memandangimu terus saat kamu mendekat ke arahku) kamu mengambil duduk di sampingku. Dengan tatapan yang terus mengarah ke wajahmu, aku menunggu apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Aku takut untuk tersenyum saat itu, saat itu kupikir aku akan kehilangan seorang teman yang baik yang selalu menemaniku, saat itu pula aku ingin meminta maaf kepadamu, namun seperti kehilangan kekuatan aku sama sekali tidak mengatakan apa-apa kepadamu.
“Kata mamah, ayam duluan yang ada,. aku mau minta maaf,” Ucapmu kepadaku.
Sesungguhnya aku malu untuk menceritakan hal ini, itu semua karena aku membiarkanmu meminta maaf lebih dahulu untuk sesuatu yang tak jelas kesalahan siapa! Tapi setidaknya aku memakluminya karena saat itu aku memang masih kecil. Belum dewasa.
Namun kemudian aku tersenyum bingung mendengar ucapanmu karena sebelumnya ibuku bilang kepadaku bahwa yang ada terlebih dahulu adalah telur, dan saat aku duduk di sana sebenarnya akulah yang seharusnya meminta maaf. Tetapi hal tersebut aku urungkan untuk kulakukan karena kamu telah meminta maaf lebih dahulu.
“aku juga mau minta maaf udah bikin kamu nangis,” Ucapku singkat tanpa memberitahukanmu perihal ayam dan telur yang dijelaskan Ibuku.
“iya, aku emang cengeng,” Ucapmu polos.
Entah kenapa aku merasa aneh saat melihatmu menangis saat itu, seakan aku akan kehilangan kebahagiaan seorang teman yang telah banyak membuatku bahagia. Dan di tempat itu, aku memintamu untuk berjanji padaku bahwa kamu tidak akan pernah menangis lagi. Kamu membalasnya dengan senyuman terindah yang pernah kulihat selama kita saling kenal.
Saat itu, dua jari kelingking kita saling berkait, menandakan kamu berjanji tidak akan menangis lagi dan aku berjanji di dalam hatiku tidak akan akan membuatmu menangis lagi. Meski janji itu akhirnya patah karena aku yang kembali membuatmu menangis. Meski tangisan itu tidak berarti kamu akan meninggalkanku seseorang yang telah kau buat bahagia, namun setiap kali kamu menangis, setiap kali itu pula aku merasa takut untuk kehilangan kebahagiaanmu, kebahagiaan seseorang yang telah membuatku merasa begitu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar